"Kenapa sih, Bu, di rumah kita banyak banget aturan? Harus makan banyak, harus tidur siang... Kayaknya di rumah orang nggak ada aturan begitu."
Saat itu pukul 2 siang, setelah selesai makan siang dan kuberi kesempatan menonton Unyil dan Jalan Sesama, anak-anak kuminta untuk tidur siang. Aku agak tersentak mendengar protes gadis kecilku siang itu. Anakku yang bulan Desember depan baru berumur 6 tahun, sudah bisa melancarkan protes nih.... Ada apa gerangan? Adakah sesuatu yang salah, atau dia sekedar mencari penjelasan dari situasi yang sedang dihadapinya? Hhhh, tarik napas dulu sebelum angkat bicara...
"Ibu dan Ayah menerapkan aturan tidak untuk menyusahkan kok. Aturan itu dibuat supaya hidup kita jadi lebih mudah."
"Tapi Sarah nggak suka kalau tiap hari harus tidur siang..."
"Kalau kamu nggak tidur siang, kamu jadi kurang istirahat. Kalau setiap hari kamu kurang istirahat kamu jadi gampang sakit. Sudah beberapa kali terbukti 'kan karena nggak tidur siang kamu lalu sakit? Kalau sakit kamu malah nggak bisa main, nggak bisa sekolah, nggak bisa makan es krim."
"Iya..."
"Makanya Ibu dan Ayah buat aturan, Sarah dan Ruby harus tidur siang".
"Berarti di rumah anak-anak itu nggak ada aturannya ya Bu?", dia menunjuk ke halaman, ke arah anak-anak tetangga yang masih asyik bermain di luar siang itu. Wah, udah mulai keluar nih penilaian kritisnya.
"Pasti di rumahnya ada aturan juga. Tapi mungkin aturannya berbeda dengan yang Ibu dan Ayah terapkan. Mungkin tidur siang tidak dianggap penting oleh orang tuanya. Nah, sekarang tidur ya."
Aku masih melihat ada rasa kurang puas di hatinya, tapi siang itu dia berusaha untuk patuh dan tidur.
Malam harinya aku ingat janjiku untuk mengajaknya belajar mengukir. Dengan berbekal sebatang sabun dan sebatang lilin sebagai media mengukir, aku mengajak Sarah dan adiknya bersama-sama belajar mengukir karena aku memang belum pernah melakukan hal itu sebelumnya. Bertiga kami menuangkan 'kreativitas' dengan bebas sekali. Walaupun malam itu sabun dan lillin hanya menjadi potongan-potongan yang susah dikenali wujudnya, namun aku bahagia melihat rasa senang yang terpancar dari wajah keduanya.
Kemudian Sarah berkata, "Ternyata di rumah ini nggak cuma banyak aturan ya Bu. Kita juga bisa bersenang-senang."
Akhirnya dia dapat menyadari bahwa orang tuanya tak bermaksud untuk setiap saat mengekangnya dengan aturan tapi juga bisa mengajaknya bersenang-senang. Tapi kok aku belum lega ya???
Kesempatan untuk menjelaskan tentang aturan itu datang di Minggu pagi. Dalam suasana santai, sehabis sarapan, aku dan ayahnya mengajak Sarah untuk membahas soal 'aturan' itu lebih jauh.
"Seandainya tidak ada aturan, Ayah nggak akan pulang menemui kalian, nggak pernah kasih uang untuk kita belanja, dan nggak akan memasukkan Saarah sekolah"
"Kenapa begitu, Yah?" suaranya terdengar kaget.
"Karena tidak ada aturan, Ayah bisa sesuka hati berbuat apa saja"
"Kalau tanpa aturan, Ibu juga tidak akan memberi kalian makanan sehat, belum tentu ada di rumah saat Sarah pulang sekolah.."
"Wah, nggak enak...."
"Nah, karena itu ada aturan. Aturannya ayah dan ibu harus memperhatikan keluarga, mengurus anak-anaknya, menyekolahkan, supaya anak-anaknya terpelihara dengan baik."
"Ternyata kalau nggak ada aturan nggak enak. Makanya aturan itu perlu ya?"
"Iya, Nak." (Semoga kau mengerti, dan siap menghadapi kelak kau akan mendapati berbagai macam aturan, yang memudahkan maupun yang menyulitkan hidupmu....)
Rabu, 26 November 2008
Jumat, 14 November 2008
Dari Amrozi ke Oprah
Suatu pagi aku sedang mendengar berita tentang eksekusi mati Amrozi Cs, pelaku Bom Bali I. Ah, akhirnya....berakhir juga kisah mereka. Orang-orang yang dengan perbuatannya telah membuat resah dan merana begitu banyak orang lain...
Sambil mendengar berita itu aku jadi teringat beberapa minggu yang lalu ketika melihat acara Oprah Show. Tema hari itu, "Kalau anda diberi kesempatan untuk menghabiskan satu hari bersama seseorang, anda ingin bersama siapa?"
Setiap tamu Oprah memberi jawaban beragam, ada yang ingin kembali merasakan saat-saat menyenangkan berkuda bersama ayahnya, ada yang ingin kembali dikunjungi kakek-neneknya karena mereka selalu pandai menghibur dan membuat masakan-masakan enak, ada yang ingin bersama suami sarapan pagi dan membicarakan berbagai masalah dengan santai, ada yang merasa tak pernah cukup waktu mendengarkan anak-anaknya bicara....
Dari keragaman jawaban tersebut, ada satu hal yang sama yaitu bahwa semua orang yang ingin ditemui kembali oleh setiap tamu adalah orang-orang yang telah meninggal dan karena itu tak mungkin untuk ditemui kembali.
Setelah melihat acara itu, aku jadi merenung, mengapa orang-orang yang dibicarakan tamu-tamu Oprah itu menjadi begitu dirindukan? Mengapa orang-orang itu jadi teramat berkesan? Ternyata mereka dirindukan karena masing-masing memiliki nilai kebaikan yang sangat membekas dalam ingatan. Kehadiran mereka membuat orang lain menjadi bahagia, terhibur, dan nyaman. Alangkah nikmatnya memang kalau kita setiap saat kita dapat berkumpul dengan orang-orang seperti itu. Kehadiran yang memberikan energi positif buat orang lain, hmmm....betapa hidup yang mulia.
Akankah aku dikenang demikian oleh orang lain saat aku telah pergi? Mampukah aku membahagiakan orang-orang di sekitarku? Yang jelas aku tak ingin berkhir seperti Amrozi Cs, yang perilakunya selama hidup telah menyebar teror dan kedukaan bagi banyak orang.
Sambil mendengar berita itu aku jadi teringat beberapa minggu yang lalu ketika melihat acara Oprah Show. Tema hari itu, "Kalau anda diberi kesempatan untuk menghabiskan satu hari bersama seseorang, anda ingin bersama siapa?"
Setiap tamu Oprah memberi jawaban beragam, ada yang ingin kembali merasakan saat-saat menyenangkan berkuda bersama ayahnya, ada yang ingin kembali dikunjungi kakek-neneknya karena mereka selalu pandai menghibur dan membuat masakan-masakan enak, ada yang ingin bersama suami sarapan pagi dan membicarakan berbagai masalah dengan santai, ada yang merasa tak pernah cukup waktu mendengarkan anak-anaknya bicara....
Dari keragaman jawaban tersebut, ada satu hal yang sama yaitu bahwa semua orang yang ingin ditemui kembali oleh setiap tamu adalah orang-orang yang telah meninggal dan karena itu tak mungkin untuk ditemui kembali.
Setelah melihat acara itu, aku jadi merenung, mengapa orang-orang yang dibicarakan tamu-tamu Oprah itu menjadi begitu dirindukan? Mengapa orang-orang itu jadi teramat berkesan? Ternyata mereka dirindukan karena masing-masing memiliki nilai kebaikan yang sangat membekas dalam ingatan. Kehadiran mereka membuat orang lain menjadi bahagia, terhibur, dan nyaman. Alangkah nikmatnya memang kalau kita setiap saat kita dapat berkumpul dengan orang-orang seperti itu. Kehadiran yang memberikan energi positif buat orang lain, hmmm....betapa hidup yang mulia.
Akankah aku dikenang demikian oleh orang lain saat aku telah pergi? Mampukah aku membahagiakan orang-orang di sekitarku? Yang jelas aku tak ingin berkhir seperti Amrozi Cs, yang perilakunya selama hidup telah menyebar teror dan kedukaan bagi banyak orang.
Langganan:
Komentar (Atom)