Senin, 24 Maret 2008

Kubus Kecil


Aku juga buat kubus yang ukuran kecil, 3x3x3 cm. Permukaannya bisa ditempeli bermacam-macam bentuk, seperti huruf atau angka, bentuk geometris, atau logo. Yang udah pernah kubuat kubus dengan logo VW. Selain bisa jadi sarana belajar anak, kubus kecil ini bisa dijadikan gantungan kunci lho.

Minggu, 09 Maret 2008

Kubus Untuk Belajar Membaca


Sejak kapan sih putra-putri kita dapat diajarkan membaca? Sedini mungkin. Namun pada usia dini yang perlu dilakukan adalah menumbuhkan minat dan kesiapan membaca, bukan mengajarinya membaca.

Sejak usia 3 bulan, persiapan membaca dapat dimulai dengan membangun kemampuan untuk membedakan dan mengingat aneka bentuk secara visual. Bapak dan ibu dapat mulai mengenalkan mereka pada aneka mainan yang menampilkan bentuk segitiga, segiempat (kubus, persegi panjang), bintang, dan lingkaran. Dengan ini bayi disiapkan untuk mengenal aneka bentuk huruf.

Nah, untuk itu aku membuat kubus yang ini. Bahannya
dari kain flanel lembut, keenam sisinya dihiasi gambar beragam bentuk geometris dengan warna-warna kontras. Selain untuk sarana belajar, kubus ini pasti juga dapat menjadi mainan untuk bayi. Ukurannya 10 x 10 cm, cukup nyaman untuk dipegang anak.

Kamis, 06 Maret 2008

Petualangan di Lorong-lorong Pasar Senen


Salah satu masa yang tak pernah terlupakan di masa kuliah adalah masa berburu buku-buku murah. Maklum mahasiswa, minat baca besar tapi isi kantong tak mencukupi untuk beli buku. Untungnya di kampus sering ada bursa buku murah. Pesertanya selain penerbit-penerbit besar juga pedagang-pedagang buku bekas dari pasar Senen. Walaupun disebutkan buku murah tapi harga sebuah buku baru dari penerbit besar masih terbilang mahal untuk kantongku yang uang bulanannya masih tergantung kiriman ortu. Maka buatku yang paling menarik justru lapak buku bekas dari Senen itu. Walaupun buku-buku yang dijual adalah buku bekas (kalau pun ada yang baru adalah buku bajakan atau buku salah cetak dari penerbit) tapi aku bisa betah lama-lama nongkrong di sana. Rasanya seakan sedang bertualang ke dunia lain saat jongkok di depan lapak, membolak-balik buku yang bertumpuk-tumpuk sambil ngobrol dengan si abang penjual buku. Apalagi kalau sudah menemukan buku yang menarik wah...rasanya seakan dapat durian runtuh!

Tapi perjuangan belum selesai. Masih ada proses tawar-menawar harga buku yang butuh keterampilan sendiri. Pedagang-pedagang itu juga menguasai ilmu psikologi lho... Walaupun kita ingin sekali membeli buku yang sudah ditemukan, menawarnya tetap harus dengan tampang ‘cool’. Sekali mereka tahu kita sangat bernafsu dengan sebuah buku, mereka akan pasang harga tinggi dan bertahan tak mau menurunkan harga hingga akhirnya kita menyerah, pergi dengan gigit jari atau membayar dengan harga tinggi. Ada yang bertahan dengan pasang tampang sangar, ada yang memberi alasan bukunya bagus dan langka, ada juga yang hanya menggeleng-geleng kepala tak jelas apa artinya. Jadi seperti psy-war hehehe... siapa yang pintar menggertak bisa menang....

Aku adalah penggemar buku-buku karangan Karl May, selain komik-komik Asterix dan Tintin. Kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou yang ditulis oleh Karl May sangat memukauku sejak kecil. Tapi sayang di toko buku jarang sekali karangan Karl May ditemukan. Maka jadilah lapak-lapak buku bekas itu sebagai tempat alternatif berburu buku idaman. Perburuanku akhirnya membawaku bertualang ke lorong-lorong di pinggiran terminal Senen, markas para penjual buku bekas yang sering diundang ke kampus. Pelan-pelan koleksi buku Karl May mulai bertambah. Walaupun tidak semua dalam kondisi yang masih bagus asalkan masih terbaca aku sudah senang sekali. Karena sering datang ke sana aku jadi akrab dengan mereka. Akhirnya hampir semua pedagang tahu aku ‘pemburu buku Winnetou’ dan kalau melihat aku datang mereka langsung menyapa sambil bertanya sudah lengkapkah koleksi buku Winnetou-ku. Bahkan ada yang berinisiatif mencarikan buku-buku tersebut, menyimpankannya sampai aku datang lagi ke tempat mereka.

Temanku-temanku banyak yang merasa takjub akan keakrabanku dengan para pedagang itu. ‘Sama-sama Batak sih, ya gampanglah urusannya”. Begitulah komentar yang sering dilontarkan teman-teman. Ya, sebagian besar pedagang itu berasal dari Tapanuli dan kesamaan latar belakang suku kami mungkin membuatku lebih mudah menjalin komunikasi dengan mereka. Tapi apakah hanya karena itu? Tentu tidak. Tak sedikit dari mereka yang juga memiliki latar belakang pendidikan tinggi dan pengetahuan umum yang luas. Hidup di kota besar dan mencari nafkah di sektor nonformal membuat mereka menjadi orang-orang yang gigih. Kalau kita mau meluangkan cukup waktu untuk bicara dengan mereka, kita akan diajari bagaimana cara bertahan hidup dengan gigih. Kalau si pembeli sudah jadi segigih sang pedagang, proses tawar menawar buku pasti jadi lebih seru ya?

Rabu, 05 Maret 2008

Contoh Buku Flanel Buatanku

Ukurannya 12,5 x 12,5 cm.
Setiap halaman berisi gambar-gambar hewan atau kendaraan yang berwarna cerah dan mudah ditemui anak. Selain untuk mengenalkan anak pada hewan, buku ini juga dapat digunakan orang tua sebagai pengantar bercerita.

Buku-buku Flanel Buatanku


Ukurannya 12,5 x 12,5 cm